ALIRAN HUMANISTIK
NAMA : SASTIA JULIANA
NPM : 18513293
KLS : 2PA06
NAMA : SASTIA JULIANA
NPM : 18513293
KLS : 2PA06
Aliran humanistik mulai muncul
sebagai sebuah gerakan besar psikologi dalam tahun 1950-an dan 1960-an. Aliran
Humanistik merupakan konstribusi dari psikolog-psikolog terkenal seperti Gordon
Allport, Abraham Maslow dan Carl Rogers. Walaupun psikolog humanistik
dipengaruhi oleh psikoanalisis dan behaviorisme, namun aliran ini mempunyai
ketidaksesuaian yang sangat berarti dengan psikoanalisis dan behaviorisme.
Tekanan utama yang oleh behavioris dikenakan pada stimuli dan tingkah laku yang
teramati, dipandang Psikologi Humanistik sebagai penyederhanaan yang
keterlaluan yang melalaikan diri manusia sendiri dan pengalaman-pengalaman
batinnya, tingkah lakunya yang kompleks seperti cinta, nilai-nilai dan
kepercayaan, begitu pula potensinya untuk mengarahkan diri dan
mengaktualisasikan diri. Maka psikologi humanistik sangat mementingkan diri
(self) manusia sebagai pemersatu yang menerangkan pengalaman-pengalaman
subjektif individual, yang banyak menentukan tingkah lakunya dapat diamati.
Psikolog-psikolog Humanistik pun tidak menyetujui pandangan pesismis terhadap hakekat manusia dan dicerminkan oleh psikoanalisis Freud maupun pandangan netral (tidak jahat dan tidak baik) kaum behavior. Menurut aliran humanistik, kedua aliran itu memandang tingkah laku manusia secara salah yaitu sebagai tingkah laku yang seluruhnya ditentukan oleh kekuatan-kekuatan diluar kekuasaannya; apakah kekuatan-kekuatan itu berupa motif-motif yang tak disadari atau conditioning dari masa kanak-kanak dan pengaruh lingkungan. Bertentangan dengan kedua pandangan aliran tadi, aliran Humanistik menyetujui sebuah konsep yang jauh lebih positif mengenai hakekat manusia, yakni memandang hakekat manusia itu pada dasarnya baik. Perbuatan-perbuatan manusia yang kejam dan mementingkan diri sendiri dipandang sebagai tingkah laku patologik yang disebabkan oleh penolakan dan frustasi dari sifat yang pada dasarnya baik itu. Seorang manusia tidak dipandang sebagai mesin otomat yang pasif, tetapi sebagi peserta yang aktif yang mempunyai kemerdekaan memilih untuk menentukan nasibnya sendiri dan nasib orang lain. Aliran humanistik ini mempunyai pertalian yang erat dengan aliran eksistensialisme. nyatanya, banyak Psikolog-psikolog Humanistik berorientasi eksistensialisme. Psikologi Humanistik dan Eksistensialisme mementingkan keunikan-keunikan pada seorang individu, usahanya mencari nilai-nilai, dan kebebasannya untuk memuaskan diri. Aliran eksistensialisme menekankan beberapa tema dasar yang diantaranya tema menghendaki arti, kecemasan eksistensial, dan menemukan ketidakadaan (kehampaan) adalah yang paling tepat.
Psikolog-psikolog Humanistik pun tidak menyetujui pandangan pesismis terhadap hakekat manusia dan dicerminkan oleh psikoanalisis Freud maupun pandangan netral (tidak jahat dan tidak baik) kaum behavior. Menurut aliran humanistik, kedua aliran itu memandang tingkah laku manusia secara salah yaitu sebagai tingkah laku yang seluruhnya ditentukan oleh kekuatan-kekuatan diluar kekuasaannya; apakah kekuatan-kekuatan itu berupa motif-motif yang tak disadari atau conditioning dari masa kanak-kanak dan pengaruh lingkungan. Bertentangan dengan kedua pandangan aliran tadi, aliran Humanistik menyetujui sebuah konsep yang jauh lebih positif mengenai hakekat manusia, yakni memandang hakekat manusia itu pada dasarnya baik. Perbuatan-perbuatan manusia yang kejam dan mementingkan diri sendiri dipandang sebagai tingkah laku patologik yang disebabkan oleh penolakan dan frustasi dari sifat yang pada dasarnya baik itu. Seorang manusia tidak dipandang sebagai mesin otomat yang pasif, tetapi sebagi peserta yang aktif yang mempunyai kemerdekaan memilih untuk menentukan nasibnya sendiri dan nasib orang lain. Aliran humanistik ini mempunyai pertalian yang erat dengan aliran eksistensialisme. nyatanya, banyak Psikolog-psikolog Humanistik berorientasi eksistensialisme. Psikologi Humanistik dan Eksistensialisme mementingkan keunikan-keunikan pada seorang individu, usahanya mencari nilai-nilai, dan kebebasannya untuk memuaskan diri. Aliran eksistensialisme menekankan beberapa tema dasar yang diantaranya tema menghendaki arti, kecemasan eksistensial, dan menemukan ketidakadaan (kehampaan) adalah yang paling tepat.
Tema-tema ini dapat dilihat pada
paparan dari Viktor Frankl merupakan salah seorang psikiater yang berorientasi
eksistensialisme yang sangat menonjol. Viktor Frankl mendirikan aliran Psikoterapi-Logoterapi
dari pengalaman pahit dan lama dalam kamp konsentrasi Nazi yang kejam.
“Logoterapi” berasal dari perkataan Yunani logos yang berarti “arti/ makna”
atau “spirit”. Maka logoterapi berfokus pada arti eksistensi manusia dan
usahanya mencari arti itu. Untuk menstimulasi pencarian arti dalam diri
pasien-pasiennya, frankl bertanya kepada mereka yang putus asa: “karena kamu
hidup begitu menderita kenapa kamu tidak bunuh diri?” dari jawaban-jawaban
mereka, misalnya karena cinta kepada anak, ibu atau kekasih, karena pengabdian
kepada tugas atau partai, Dr. Frankl bisa memunculkan dan menggabungkan semua
tenaga-tenaga pendorong yang memberi arti kepada kehidupan psikik dan spiritual
mereka. Motto logoterapi adalah pernyataan Nietzche yang terkenal: “Ia yang
mempunyai sebab untuk hidup dapat menanggungkan hampir segala-galanya”.
Baginya, sebab pokok ledakan gangguan-gangguan emosional adalah rasa frustasi
dari kehendak manusia akan “arti Jadi, kehendak akan “arti’ adalah watak dasar
manusia. Frustasi terhadap kehendak itu membawa kepada kekosongan dan
eksistensial, kepada pertemuan dan ketidakadaan; dengan yang tidak hidup.
Frustasi ini terutama sekali berujud kebosanan dan “kecemasan eksistensial”
yang mungkin sekali bisa membawa kepada apa yang disebut oleh Frankl sebagai
“noogenic neurosis”. Noogenic neurosis adalah suatu neurosis yang timbul akibat
konflik moral dan spiritual antara berbagai nilai-nilai, bukan sebagai akibat
konflik antara dorongan-dorongan. Ada dua kutipan pendek dari pandangan eksistensialisme
dalam menyangkal psikoanalisis dan behavior :
v Pencarian arti (makna) bagi manusia
adalah merupakan suatu kekuatan primer dan bukan “rasionalisasi sekunder” dari
dorongan-dorongan instink.
v Arti (makna) itu unik dan khusus
hingga harus dan hanya dapat dipenuhi oleh manusia itu sendiri; barulah
tercapai kepuasan kehendaknya akan arti (makna).
Ada
beberapa penulis yang mengatakan bahwa arti dan nilai tidak lain hanyalah
mekanisme pertahanan, reaksi-reaksi formasi dan sublimasi-sublimasi. Tapi bagi
eksistensialisme manusia tidak hidup semata-mata demi “mekanisme pertahanan”
dan juga tidak rela mati demi sebuah “reaksi formasi”. Tapi manusia sanggup
hidup maupun mati demi ideal-ideal dan nilai-nilainya.
Perbedaan aliran psikoanalisa, humanistik
dan behaviorisme :
1. Aliran
psikoanalisa : mengabaikan potensi – potensi yang ada pada diri manusia,
melihat dari sisi negatif individu,
alam bawah sadar, mimpi dan masa lalu.
2. Aliran
behaviorisme : mengabaikan potensi – potensi yang ada pada diri manusia,
menusia di perlakukan sebagai mesin yang artinya manusia sebagai satu sistem
kompleks yang bertingkah laku menurut cara yang sesuai hukum.
3. Aliran
humanistik : tidak mengabaikan potensi – potensi yang ada pada diri manusia,
percaya pada kodrat individu, artinya individu pasti dapat dan harus mengatasi masa
lampau atau psikoanalisis, secara kodrat biologis dan lingkungan
Teori Beaviorisme lebih
menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk
reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku
mereka. Tujuan psikologi secara teoritis adalah memrediksi dan mengontrol
perilaku, sehingga instropeksi bukan metoda yang dipergunakan. Yang dipelajari
adalah perilaku yang dapat diamati, bukan kesadaran karena merupakan pengertian
yang meragukan.
PRINSIP PRINSIP TEORI
BEHAVIORISME
Ø Obyek psikologi adalah tingkah
laku.
Ø Semua bentuk tingkah laku di
kembalikan pada reflek.
Ø Mementingkan pembentukan
kebiasaan.
1. PSIKOANALISA
Psikoanalisa merupakan salah satu
aliran psikologi yang diperkenalkan oleh Sigmund Freud sebagai tokoh utama yang
mengembangkan teori ini. Psikoanalisis merupakan satu pandangan baru tentang
manusia, dimana ketidaksadaran memainkan peran sentral. Psikoanalisis ditemukan
dalam usaha untuk menyembuhkan pasien-pasien histeria. Kemudian menarik
kesimpulan-kesimpulan teoritis dari penemuannya di bidang praktis. Dari hasil
penelitian yang dilakukannya kemudian lahir asumsi-asumsi tentang perilaku
manusia.
Teori
Kepribadian
Freud mengembangkan sejumlah teori kepribadian yang
teori-teori tersebut memiliki relvansi dengan proses konseling psikoanalisis,
diantara teori-tersebut adalah Topografi Kepribadian. Teori ini
menjelaskan tentang kepribadian manusia yang terdiri dari sub-subsistem, bagi
pencetus teori ini (Freud) kepribadian itu berhubungan dengan alam kesadaran
(awareness). Alam kesadaran terbagi dalam tiga tingkatan, yaitu
:
Ø Alam Sadar (conscious/Cs) adalah bagian kesadaran yang memiliki fungsi mengingat,
menyadari dan merasakan sesuatu secara sadar. Alam sadar ini memiliki ruang
yang terbatas dan saat individu menyadari berbagai rangsangan yang ada di
sekitar kita.
Ø Alam Prasadar (preconcious/Pcs) adalah bagian kesadaran yang menyimpan ide, ingatan dan
perasaan yang berfungsi untuk mengantarakan ide, ingatan, perasaan tersebut
kealam sadar jika kita berusaha mengingatkanya kembali. Alam prasadar bukan
bagian dari alam sadar, melainkan bagian lain yang biasanya membutuhkan waktu
beberapa saat untuk menyadari sesuatu.
Ø Alam Bawah Sadar (unconscious/Ucs) adalah bagian dari dunia keasadran yang terbesardan
sebagai bagian terpenting dari strukutur psikis, karena segenap pikiran dan
perasaan yang dialami sepanjang hidup individu yang tidak dapat disadari lagi
akan tersimpan di dalamnya. Perilaku manusia sebagian besar didorang oleh
perasaan dan pikiran yang tersimpan di dalam unconscious ini. Struktur
Kepribadian menurut Freud bahwa kepribadian manusia tersusun secara stuktural.
Freud berpendapat bahwa dalam dunia kesadaran (awareness) individu terdapat subsistem
struktur kepribadian yang berinteraksi secara dinamis, diantara subsistem
tersebut adalah id: komponen biologis, ego
: komponen psikologis dan superego komponen sosial.
prinsip-prinsip psikoanalisis
tentang hakekat manusia sebagai berikut:
ü Perilaku pada masa dewasa berakar
pada pengalaman masa kanak-kanak
ü Sebagaian besar perilaku
terintegrasi melalui proses mental yang tidak disadari
ü Pada dasarnya manusia memiliki
kecenderungan yang sudah diperoleh sejak lahir,terutama kecenderungan
mengembangkan diri melalui dorongan libido dan agresifitasnya
ü Secara umum perilaku manusia
bertujuan dan mengarah pada tujuan untuk meredakan ketegangan, menolak
kesakitan dan mencari kenikmatan
ü Kegagalan dalam pemenuhan
kebutuhan seksual mengarah pada perilaku neurosis.
ü Pembentukan simpton merupakan
bentuk defensive
ü Pengalaman tunggal hanya dipahami
dengan melihat keseluruhan pengalaman seseorang. Masa lalu, masa kini dan masa
yang akan datang adalah saling berhubungan dalam satu kesatuan apa yang terjadi
pada seseorang pada saat ini dihubungkan pada sebab-sebab dimasa lampaunya dan
memotivasi untuk mencapai tujuan-tujuan dimasa yang akan dating
ü Latihan pengalaman dimasa
kanak-kanak berpengaruh penting pada perilaku masa dewasa dan diulangi pada
transferensi selama proses perilaku. Pandangan psikoanalisis ini memberi
implikasi yang sangat luas terhadap koseling dan psikoterapi, khususnya dalam
aspek tujuan yang hendak dicapai serta prosedur yang dapat dikembangkan.
HUMANISTIK
Aliran humanistik mulai muncul sebagai sebuah gerakan
besar psikologi dalam tahun 1950-an dan 1960-an. Aliran Humanistik merupakan
konstribusi dari psikolog-psikolog terkenal seperti Gordon Allport, Abraham Maslow
dan Carl Rogers. Walaupun psikolog humanistik dipengaruhi oleh psikoanalisis
dan behaviorisme, namun aliran ini mempunyai ketidaksesuaian yang sangat
berarti dengan psikoanalisis dan behaviorisme. Tekanan utama yang oleh
behavioris dikenakan pada stimuli dan tingkah laku yang teramati, dipandang
Psikologi Humanistik sebagai penyederhanaan yang keterlaluan yang melalaikan
diri manusia sendiri dan pengalaman-pengalaman batinnya, tingkah lakunya yang
kompleks seperti cinta, nilai-nilai dan kepercayaan, begitu pula potensinya
untuk mengarahkan diri dan mengaktualisasikan diri. Maka psikologi humanistik
sangat mementingkan diri (self) manusia sebagai pemersatu yang menerangkan
pengalaman-pengalaman subjektif individual, yang banyak menentukan tingkah
lakunya yang dapatdiamati.
Psikolog-psikolog Humanistik pun tidak menyetujui pandangan pesismis terhadap hakekat manusia dan dicerminkan oleh psikoanalisis Freud maupun pandangan netral (tidak jahat dan tidak baik) kaum behavior.
Psikolog-psikolog Humanistik pun tidak menyetujui pandangan pesismis terhadap hakekat manusia dan dicerminkan oleh psikoanalisis Freud maupun pandangan netral (tidak jahat dan tidak baik) kaum behavior.
Menurut aliran humanistik, kedua aliran itu memandang
tingkah laku manusia secara salah yaitu sebagai tingkah laku yang seluruhnya
ditentukan oleh kekuatan-kekuatan diluar kekuasaannya; apakah kekuatan-kekuatan
itu berupa motif-motif yang tak disadari atau conditioning dari masa kanak-kanak
dan pengaruh lingkungan. Bertentangan dengan kedua pandangan aliran tadi,
aliran Humanistik menyetujui sebuah konsep yang jauh lebih positif mengenai
hakekat manusia, yakni memandang hakekat manusia itu pada dasarnya baik.
Perbuatan-perbuatan manusia yang kejam dan mementingkan diri sendiri dipandang
sebagai tingkah laku patologik yang disebabkan oleh penolakan dan frustasi dari
sifat yang pada dasarnya baik itu. Seorang manusia tidak dipandang sebagai
mesin otomat yang pasif, tetapi sebagi peserta yang aktif yang mempunyai
kemerdekaan memilih untuk menentukan nasibnya sendiri dan nasib orang lain.
Psikolog humanistik mencoba untuk melihat kehidupan
manusia sebagaimana manusia melihat kehidupan mereka. Mereka cenderung untuk
berpegang pada prespektif optimistik tentang sifat alamiah manusia. Mereka
berfokus pada kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan rasional untuk
dalam mengendalikan hasrat biologisnya, serta dalam meraih potensi maksimal
mereka. Dalam pandangan humanistik, manusia bertanggung jawab terhadap hidup
dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap
dan perilaku mereka.
Psikologi humanistik adalah suatu gerakan
perlawanan terhadap psikologi yang dominan yang mekanistik, reduksionistik,
atau ’psikologi robot” yang mereduksi manusia. Psikologi humanistik
juga menentang metodologi yang restriktif yang menyisihkan pengalaman batin.
Psikologi humanistik menghimpun para ahli psikologi yang
merepresentasikan pandangan-pandangan dan kecenderungan yang berbeda, juga para
ahli psikologi yang hanya menyetujui penolakan terhadap psikologi yang
mekanomorfik.
Pandangan
Allport Tentang Kesehatan Manusia
Allport
mengemukakan bahwa semua fungsi diri
atau fungsi egoyang telah dijelaskan disebut dengan fungsi proprium dari
kepribadian. Fungsi-fungsi ini termasuk perasaan jasmaniah, identitas diri,
harga diri, perluasan diri, rasa keakuan, pemikiran rasional, gambaran diri,
usaha proprium, gaya kognitif dan fungsi mengenal. Semuanya merupakan bagian
yang sebenarnya dan vital dari kepribadian. Fungsi-fungsi tersebut sama-sama memiliki
suatu arti fenomenal dan “ makna penting”.
Fungsi-fungsi
itu bersama disebut sebagai proprium. Proprium itu tidak dibawa sejak lahir, melainkan
berkembang karena usia. Allport menunjukkan tujuh aspek dalam perkembangan
proprium atau ke-diri-sendiri-an (self hood). Selama 3 tahun pertama, tiga
aspek muncul, yakni : rasa diri jasmaniah, rasa identitas-diri berkesinambungan
dan harga-diri atau rasa bangga. Antara usia 4 sampai 6 tahun, dua aspek lainnya
muncul, yakni : perluasan diri (the extension of self), dan gambaran diri.
Suatu waktu antara usia 6 dan 12 tahun, anak mengembangkan kesadaran-diri
sehingga ia dapat menanggulangi masalah-masalahnya dan akal pikiran. Selama
masa remaja, munculah intensi-intesi, tujuan-tujuan jangka panjang, dan
cita-cita yang masih jauh. Aspek-aspek ini disebut usaha proprium. Dengan
penjelasan seperti dia atas, Allport ingin menghindari pendapat yang mengundang
pertanyaan dari banyak teoritikus yang menyatakan bahwa diri atau ego itu
serupa manusia mikro (homunculus) atau “ manusia yang berada di dalam dada”
yang melakukan tugas mengorganisasikan, memegang kendali dan menjalankan sistem
kepribadian. Ia mengakui pentingnya semua fungsi psikologis yang bersumber pada
diri dan ego, namun ia berusaha keras menghindari teori yang memandang diri dan
ego sebagai pelaku atau penggerak kepribadian. Bagi allport, diri dan ego dapat
digunakan sebagai kata sifat untuk menunjukkan fungsi-fungsi proprium di dalam
seluruh bidang kepribadian.
BEHAVIORISME
Behaviorisme muncul sebagai kritik lebih lanjut dari
strukturalisme Wundt. Meskipun didasari pandangan dan studi ilmiah dari Rusia,
aliran ini berkembang di AS, merupakan lanjutan dari fungsionalisme. Behaviorisme secara keras
menolak unsur-unsur kesadaran yang tidak nyata sebagai obyek studi dari
psikologi, dan membatasi diri pada studi tentang perilaku yang nyata. Dengan
demikian, Behaviorisme tidak setuju dengan penguraian jiwa ke dalam elemen
seperti yang dipercayai oleh strukturalism. Berarti juga behaviorisme sudah
melangkah lebih jauh dari fungsionalisme yang masih mengakui adanya jiwa dan
masih memfokuskan diri pada proses-proses mental. Meskipun pandangan
Behaviorisme sekilas tampak radikal dan mengubah pemahaman tentang psikologi
secara drastis, Brennan (1991) memandang munculnya Behaviorisme lebih sebagai
perubahan evolusioner daripada revolusioner. Dasar-dasar pemikiran Behaviorisme
sudah ditemui berabad-abad sebelumnya.
Tokoh yang terkenal dalam aliran ini adalah John B Watson.
Ia menolak bahwa pikiran sebagai subjek psikologi dan bersikeras bahwa
psikologi dibatasi pada studi tentang perilaku dari kegiatan – kegiatan manusia
dan binatang yang dapat diobservasi (atau yang secara potensial dapat
diobservasi). Menurutnya, psikologi itu murni merupakan cabang dari pengetahuan
alam (natural science) eksperimental. Tujuan psikologi secara teoritis adalah
memrediksi dan mengontrol perilaku, sehingga instropeksi bukan metoda yang
dipergunakan. Yang dipelajari adalah perilaku yang dapat diamati, bukan
kesadaran karena merupakan pengertian yang meragukan.
Prinsip Dasar Behaviorisme
v Perilaku nyata dan terukur memiliki makna tersendiri,
bukan sebagai perwujudan dari jiwa atau mental yang abstrak
v Aspek mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk
fisik adalah pseudo problem untuk sciene, harus dihindari.
v Penganjur utama adalah Watson : overt, observable
behavior, adalah satu-satunya subyek yang sah dari ilmu psikologi yang
benar.
v Dalam perkembangannya, pandangan Watson yang ekstrem
ini dikembangkan lagi oleh para behaviorist dengan memperluas ruang lingkup
studi behaviorisme dan akhirnya pandangan behaviorisme juga menjadi tidak
seekstrem Watson, dengan mengikutsertakan faktor-faktor internal juga, meskipun
fokus pada overt behavior tetap terjadi.
v Aliran behaviorisme juga menyumbangkan metodenya yang
terkontrol dan bersifat positivistik dalam perkembangan ilmu psikologi.
v Banyak ahli (a.l. Lundin, 1991 dan Leahey, 1991)
membagi behaviorisme ke dalam dua periode, yaitu behaviorisme awal dan yang
lebih belakangan.
Sumber
Referensi:
Innerliches, Aszese. 2008. dalam artikel
http://eldido.blog.friendster.com/konseling-dalam-perspektif-psikoanalisa
Mimi. 2008. dalam artikel
http://makmun.blog.com/aliran-humanistik
Panggabean, Hana. 2009. dalam artikel http://rumahbelajarpsikologi.com/behavior
Berry, Ruth. (2001). Freud A Beginner’s Guide. Jakarta: PENERBIT ERLANGGA
Feist, Jess dan Gregory J. Feist. (2008). Theories of Personality. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Fudyartanta. (2005). Psikologi Kepribadian Freudianisme. Yogyakarta: Zenith Publisher
Latipun. (2010). Psikologi Konseling. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang Press
Koswara, E. (1991). Teori-Teori Kepribadian. Bandung: PT. ERESCO
Supratiknya, A. (1993). Psikologi Kepribadian 1 Teori-Teori Psikodinamik (Klinis). Yogyakarta: Kanisius
Tidak ada komentar:
Posting Komentar